Minggu, 24 Desember 2017

Buku sumber inspirasiku

Masih ku ingat betul peristiwa saat itu. Kenangan 10 tahun silam. Jadi anak rantau di kota perindustrian. 
Setiap mendapatkan hari libur kumanfaatkan untuk baca buku. 

Buku yang kumiliki tidak banyak memang. Dengan bermodalkan uang transport naik angkot ku langkahkan kaki ke toko buku. Ya yang paling sering ku datangi saat itu ada gramedia di Mall Metropolitan.  Tempat nya luas dan disediakan tempat duduk pula untuk para pembacanya. Aku bisa berjam jam di sana. Baca beberapa judul buku. Meski akhirnya nanti hanya beli satu buku. 

Pilihan kedua ku  toko buku Gunung Agung di Borobudur plaza, dekat pasar baru bekasi. Tempatnya relatif lebih sepi. Pojok buku- buku islami biasanya jadi pilihanku. 
Disini pula aku ingat saat itu, aku mendapatkan inspirasi berharga. Saat diri ini sedang bingung memutuskan suatu masalah tiba-tiba buka buku pas di masalah yang aku hadapi. Seolah Allah memberikan petunjukNya lewat buku tersebut. Aku jadi termotivasi untuk lebih banyak lagi membaca buku. Sebagai sumber referensi dalam menjalani kehidupan ini. 

Sesekali pula aku berjuang ke kota Jakarta. Dengan naik bus Mayangsari bekasi - pasar senen aku menuju ke kwitang. Ya informasi dari teman buku-buku di kwitang lebih murah harganya. Namun aku malah bingung sendiri cari buku di sini. Harus sudah pasti yang di cari. Judul buku dan pengarangnya harus sudah kita ketahui. Supaya tidak pusing sendiri. 

Ya ada 2 buku yang kubeli disana sampai saat ini masih kusimpan. Buku psikologi perkembangan anak dan Buku Psikologi Perkembangan lanjutan, karya Elizabeth Hurlock. 

Eits bicara masalah buku jadi membawa ku ke dunia masa lalu. Masa ketika masih suka memburu buku. Dari Gramedia,  Gunung Agung, Wali songo sampai book fair di JCC Senayan. 
Bekasi -  Jakarta saat itu sudah biasa bagiku. Pulang dari book fair pasti sampai rumah sudah malam. Karena berebut naik bus di terminal Blok M. 

Namun semua itu tinggal kenangan. 
Sejak menikah hijrah ke Solo. Sibuk dengan aktivitas sehari- hari. Membuatku jarang membaca buku lagi. 
Dengan ikut challenge ini berharap kembali tumbuh minat baca ku lagi.  Menjadikan buku sebagai sumber inspirasi dan referensi dalam kehidupan. 

Inspirasi dan pedoman yang terbaik dalam hidup ini adalah buku yang disusun oleh sang Kholiq, diwahyukan kepada manusia pilihan, melalui perantaraan malaikat Jibril. Ya buku tersebut adalah Al Qur'an. 

#Day 29
# 30 DWC jilid 10
#  Squad 2

Sabtu, 23 Desember 2017

Lisan

"Ajining diri gumantung saka kedhaling lathi." Begitulah peribahasa jawa menyebutkan. Bahwa, harga diri manusia tergantung dari ucapan lisannya. Pelajaran kepribadian yang sejak SMP dulu kudapatkan masih melekat dalam ingatan. Dan menjadi pengingat diri untuk lebih berhati-hati dengan segala ucapan lisan. 

Ada sebuah cerita dari buku qiro'ah bahasa arab tentang lisan yang masih kuingat dalam benakku. 
Suatu hari seorang tuan minta tolong kepada pelayannya untuk dibelikan daging kambing baik. Beliau berpesan belikanlah bagian yang paling baik dari kambing tersebut. Sang pelayan pun menjawab "baik tuan"

Sepulang dari pasar sang pelayan pun menyerahkan daging beliannya kepada sang tuan. Sang tuan kaget melihatnya, dan berkata :" mengapa engkau belikan lidah kambing bagiku tidak adakah daging yang lebih baik? "
Sang pelayan pun menjawab  "ini sudah yang paling baik tuan." Dan sang tuan berkata lagi "kalau begitu belikan saya yang paling buruk." Sang pelayan pun menjawab  "baik tuan."  bersegera pelayan itu berangkat ke pasar lagi. 

Tak seberapa lama sang pelayan pun kembali. Dan memberikan daging kambing tersebut ke tuannya. Dan apa yang terjadi? Sang tuan pun marah "wahai pelayan apakah engkau hendak menghina diriku. Ketika aku minta daging yang baik engkau berikan lidah dan kini aku minta yang buruk pun engkau belikan lidah pula."

Sang pelayan pun dengan tenang menjelaskan." maaf tuan tahanlah dulu amarah mu. Biar aku jelaskan terlebih dahulu hakikat kenapa saya membelikan anda lidah.  Sesungguhnya lidah adalah bagian yang paling baik karena dengannya kita bisa masuk surga. Pun lidah pula juga bagian paling buruk karena bisa mengantarkan kita ke neraka. Begitulah kisah sang tuan dan pelayannya.

Dari Abu Abdur Rahman yaitu Bilal bin al-Harits al-Muzani ra. bahwasannya Rosululloh Muhammad saw bersabda:
“Sesungguhnya seseorang itu niscayalah berkata dengan suatu perkataan dari apa-apa yang diridhoi oleh Alloh Ta’ala, ia tidak mengira bahwa perkataan itu akan mencapai suatu tingkat yang dapat dicapainya, lalu Alloh mencatat untuknya bahwa ia akan memperoleh keridhoan-Nya sampai pada hari ia menemui-Nya -yakni hari kematiannya atau pada hari kiamat nanti. Dan sesungguhnya seseorang itu niscayalah berkata dengan suatu perkataan dari apa-apa yang menjadikan kemurkaan Alloh, ia tidak mengira bahwa perkataan itu akan mencapai suatu tingkat yang dapat dicapainya, lalu Alloh mencatatkan untuknya bahwa ia akan memperoleh kemurkaan-Nya sampai pada hari ia menemui-Nya” (Diriwayatkan oleh Malik dalam kitab Al-Muwaththa’ dan juga oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadits hasan shohih)

# Day 28
# 30 DWC jilid 10
# Squad  2
Goresan Pena 

Sebagai guru PAUD zaman now  ada tantangan tersendiri bagi saya. Di satu disisi Dinas pendidikan tidak mengizinkan pendidikan pra sekolah untuk mengajarkan baca dan tulis secara langsung. Di sisi yang lain tuntutan masyarakat dan sekolah jenjang selanjutnya anak sudah harus sudah  bisa baca tulis.

Nah saya tidak akan mempermasalahkan itu. Bagi saya selama anak-anak asyik, kita mengajarkannya dengan cara yang menyenangkan dan tidak memaksa kan kepada anak maka it's, okay, lanjut saja.

Terus apa hubungannya sama goresan pena?  Oh tentu saja ada goresan pena termasuk dalam tahapan- tahapan menulis. Apa saja yang termasuk tahapan- tahapan menulis?  Kita simak di sini ya....
Menurut Feldman batasan tahapan kemampuan menulis anak usia dini adalah sebagai berikut :
  • Scrible on stage yaitu goresan pena pada kertas. Dalam tahap ini anak membuat gambar ataupun huruf yang terpisah.
  • Copy word, yaitu mencontoh huruf
  • Invented Spelling,  yaitu belajar mengeja. Dalam tahap ini anak mulai menemukan cara mengeja dan menuliskan huruf  sesuai dengan bunyinya
Nah kapan saat nya kita mulai mengajarkan anak mulai menulis?Tentu saja ketika anak-anak mulai muncul  ketertarikkan dengan kegiatan menulis yang bermula dengan membuat coretan gambar, mencontoh huruf,dan  menulis namanya sendiri.

Seberapa kuat goresan pena ini sangat dipengaruhi oleh kekuatan sensorimotor anak. Jadi sebelum kita mengajari anak kita untuk menulis maka sebaiknya kita kuatkan dulu sensorimotornya.

Bagaimana cara menguatkan sensorimotor? Tentu saja dengan stimulasi dan latihan yang kontinue. Beberapa macam latihan penguatan sensorimotor antara lain,  meremas,  memeras, mengocok, memilin, melipat, mengaduk, menyapu, mencuci dan masih banyak lagi. Yang intinya gerakan yang menggunakan kekuatan tangan dan jari. So, jangan panik kalau anak-anak balita belum mau belajar menulis. Biarkanlah mereka melatih sensorimotornya dengan berbagai permainan. 


Sekarang saatnya kita menghargai goresan- goresan pena anak kita. Baik itu di tangan, kaki,  tembok dan semua tempat yang mereka sukai untuk menuangkan ide dan gagasan mereka. Siapa tahu suatu saat nanti mereka akan menjadi penulis hebat.

# Day 27
# 30 DWC jilid 10
# Goresan pena
Menulis Adalah Dakwah

Tak semua orang pandai berdakwah dengan ceramah. Dan Tidak semua orang  Percaya diri tampil ke depan menyampaikan materi. Tapi pasti semua orang ingin untuk bisa menyampaikan kebaikan. 

Sekilas cerita tentang saya,  saya berhijrah memakai jilbab karena terinspirasi lewat tulisan-tulisan cerpen di Majalah An nida ketika tahun 2000 an. Mengenal tentang hijab syar'i dan berbagai wawasan islami awalnya lewat majalah ummi. 

Dan tentu saja wawasan kita bertambah karena sudah membaca tulisan atau buku.  Pun kita ketika mendengarkan ceramah pasti kita catat dengan tulisan

Maka bersyukurlah orang-orang yang sudah menghasilkan karyanya lewat tulisan. Betapa pahalanya akan mengalir terus ketika tulisan yang dibuatnya dibaca dan diamalkan oleh para pembacanya. 

Menulis adalah dakwah menyampaikan kebaikan melalui untaian kata, merangkai kata mengungkap hikmah. Dan setiap kita adalah da'i yang mempunyai kewajiban untuk menyampaikan. 

Atas inspirasi ini saya termotivasi untuk belajar menulis disini. Belajar merangkai kata mengungkap makna. Mengukir sejarah kehidupan kita. 

Kertas putih selamanya akan kosong
Jika tidak ada pena bergoyang diatasnya 
Ayo gerakkan jemari kita membuat sebuah karya. 

# self reminder
#Day 26
#30 DWC jilid 10

Rabu, 20 Desember 2017

             Belajar Sepanjang Hayat 

            Tidak ada kata berhenti untuk terus belajar selama nyawa masih diamanahkan kepada kita.  Siapkan bekal terbaik untuk kehidupan di alam baqa. Janganlah menjadikan hidup ini sia - sia.
           
Kita terlahir di dunia dalam keadaan lemah tak bisa apa - apa.  Ayah ibu dan saudara kita yang membantu kebutuhan kita. Seiring bertambahnya usia kita pun harus belajar dan terus belajar mengasah kemampuan kita.

Lautan ilmu Allah itu luas, tidak akan pernah habis digali. Jangan pernah merasa puas dengan ilmu yang sudah dimiliki. Semakin dalam kita menyelam ke dasar laut semakin banyak keindahan yang tampak dan sesuatu yang tidak pernah kita bayangkan. Semakin dalam kita gali ilmunya Allah maka semakin haus kita dengan ilmu itu. Semakin ingin kita menyelaminya lagi. Semakin terkuak dan muncul rasa ingin tahu yang lebih dalam lagi.

Dalam Al Qur'an surat Al Mujadillah :11 disebutkan bahwa "Allah akan mengangkat derajat orang-orang  yang berilmu." 

Dan di dalam hadits Rasulullah SAW disebutkan pula,
"Menuntut ilmu itu adalah kewajiban bagi setiap muslim"

              
Belajar dan teruslah belajar selama hayat masih dikandung badan. 

#edisimotivasidiri
Day 24
Squad 2




Kertas Kosong


Aku terpaku didepan mejaku
Menatap kosong kertas putih diatas meja
Mencari inspirasi untuk tulisanku
Namun ideku sekedar lewat saja

Aku terus mencoba memeras otak dikepala
Berharap ada setetes ide yang tertuang di sini
Tapi menulis itu tentang rasa
Yang tak pernah bisa dikelabui

Kembali kertasku masih kosong
Belum satu kata pun tertulis di sini
Dan aku tidak bisa berbohong 
Bila ternyata hatiku belum hadir di sini

Ku coba lagi untuk berkonsentrasi
Berharap inspirasi datang menghampiri 
Berkawan dengan untaian kata
Menjelma menjadi sebuah karya

Bilamana semua harus berakhir disini
Menyerah dalam perjuangan 
Betapa malunya diri ini
Pada masa ketika semangat itu hadir membara

Haruskah kupadamkan begitu saja
Api yang sudah terlanjur menyala 
Perlahan mulai meredup 
Menanti tambahan bahan bakar untuk bertahan hidup 

Semangat kawan harapan itu masih ada
Selama kemauan masih ada dalam diri kita
Api semangat itu akan terus menyala
Jangan biarkan kertas itu kosong begitu saja

Dan akhirnya kulihat disudut meja
Pena hitam masih tertata manis ditempatnya
Aku mulai menemukan jawabannya 
Bagaimana aku bisa menulis tanpa pena

Dan biarlah pena itu menari
Merangkai inspirasi 
Menulis dengan hati 
Mencipta satu puisi


Day 25
Squad 2
30 DWC jilid 10


                     Bisa Karena Terbiasa

Pernahkah para pembaca merasa takut melakukan sesuatu ? Misalnya,  takut maju ke depan,  takut berbicara pakai mic,  takut berbicara di depan umum,  takut mempublikasikan tulisan. Tepatnya bukan takut tapi kurang percaya diri.  Kalau boleh jujur itu saya banget. Sejak kecil sampai besar saya terhitung sangat pendiam dan pemalu ( yang ini belum tentu benar ). 

Seiring dengan bertambahnya usia. Tugas kita sebagai manusia yang lebih dewasa menuntut kita untuk bisa lebih percaya diri melakukan itu semua . Bagaimana kita bisa memotivasi anak-anak kita jika kita tidak memberikan keteladanan bagi mereka.

Mulailah muncul keinginan dari dalam diri saya untuk mencoba hal- hal tersebut diatas. Saya mencoba memberanikan diri untuk menjadi pemimpin di depan, menjadi MC, berbicara dengan menggunakan mic, belajar menulis dan mempublikasikannya. Ternyata semua tidak semenakutkan yang saya kira. Dan lama kelamaan saya mulai suka dan terbiasa dengan itu semua. Kalaupun ada saran dan kritik itu menjadi bukti perhatiannya kepada saya dan menjadi motivasi untuk terus belajar.

Kenapa pengalaman seperti ini saya tulis?  Saya berharap menjadi motivasi bagi orang-orang yang setipe dengan saya. Supaya mereka segera sadar dan segera mencoba. Jangan sampai terlambat seperti saya hingga usia kepala 3 baru merasa berani untuk mencoba tantangan-tantangan baru dalam kehidupan ini.

"Kita bisa karena berani mencoba dan bisa Karena terbiasa"

# edisibelajardanterusbelajar
# Day 23
# Squad 2
# 30 DWC jilid 10
 

Buku sumber inspirasiku Masih ku ingat betul peristiwa saat itu. Kenangan 10 tahun silam. Jadi anak rantau di kota perindustrian.  Se...